Pages

Search In

Hasil penelusuran

Jumat, 19 Juli 2013

Para Penghuni Gua

Para Penghuni Gua

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai)
prasasti itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan.(QS Al Kahfi 9).

Surat ke 18 Al Qur’an dinamakan dengan “Al-Khaf” yang berarti “gua”, menceritakan tentang
sekelompok pemuda yang berlindung di sebuah gua untuk bersembunyi dari penguasa yang mengingkari Allah dan melakukan penindasan dan perbutan tidak adil atas mereka yang beriman. Ayatayat yang menerangkan tentang hal ini adalah sebagai berikut :

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunya) prasasti
itu mereka, termasuk tanda-tanda Kami yang mengherankan?. (ingatlah) tatkala pemudapemuda itu encari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami
bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih
tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tingal (di dalam gua itu). Kami menceritakan
kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesunguhnya mereka itu adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka
petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka
berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan
selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh
dari kebenaran”. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk
disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan
mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orrang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?. Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu . Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.


Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan
mereka ke kanan dan kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka. Dan demikianlah Kami bangunkan merka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapalamakah kamu berada (disini)?”. Mereka menjawab” “Kita berada (disini) sehari atau etengah hari”. Berkata (yang lain lagi) “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (disini). Maka suruhlah salah satu orang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.


Sesungguhnya jika mereka dapat mengatahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar
kamu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka dan jika demikian nisaya
kamu tidak akan beruntung selama-lamanya:.

Dan demikianlah (kami) mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu
mengetahui bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: “dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan diatasnya”. Nanti (ada orang yang akan ) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya dan (yang lain) mengatakan: “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib: dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya” Katakanlah : “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammmad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun diantara mereka.


Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap seuatu ; “Sesungguhnya aku akan
mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada
Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah; “Mudah-mudahan Tuhanku memberiku petunjuk
kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”. Dan mereka tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).

Katakanlah: ” Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-
Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan
alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain daripada-Nya’ dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan”.
(QS Al Kahfi 9-26).

Menurut kepercayaan yang berkembang luas di kalangan pengikut agama Islam dan Kristen,
yang dimaksudkan dengan para Penghuni Gua adalah warga negara dari tiran yang kejam dari
kekaisaran Romawi bernama Decius. Dikarenakan menemui penindasan dan tindakan sewenang1-wenang, sekelompok orang muda ini memperingatkan kaumnya berkali-kali untuk tidak meninggalkan agama Allah. Ketidakacuhan dari kaumnya terhadap pesan-pesan tersebut dijawab dengan peningkatan penindasan oleh pihak kekaisaran dan mereka diancam untuk dibunuh, hal ini mengakibatkan mereka untuk meninggalkan rumah mereka (berlilndung).

Sebagaimana dikabarkan oleh catatan sejarah, pada saat itu, banyak kekaisaran yang
melaksanakan kebijakan teror secara meluas, penindasan dan tindakan sewenang-wenang terhadap
mereka yang percaya kepada agama Kristen dalam bentuk dan asalnya yang murni.
Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Gubernur Romawi Pilinius (69-113 M) yang berada di
Barat Laut Anatolia kepada Kaisar Trayanus, ia menghubungkannya dengan “orang-orang Messiah
(Kristen) yang dihukum karena mereka menolak untuk menyembah patung dari sang kaisar”. Surat ini adalah salah satu dokumen terpenting yang berkaitan dengan penindasan yang menimpa orang-orang Kristen pada masa awalnya. Berada dalam situasi seperti ini, maka orang-orang muda ini yang diperintahkan untuk tunduk kepada system yang non-agama dan untuk menyembah seorang kaisar sebagai tuhan selain Allah, merekapun tidak menerima hal ini dan mengatakan :

dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata:
“Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia,
sesungguhnya kami kalu demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?.(QS Al Kahfi 14-15).

Dengan memperhatikan daerah dimana Para Penghuni Gua hidup, terdapat beberapa pandangan
yang berbeda. Yang paling bisa diterima dengan akal daerah ini adalah Ephesus dan Tarsus.
Hampir semua sumber dari agama Kristen menunjukkan Ephesus adalah tempat dari Gua
dimana orang-orang muda yang beriman ini berlindung. Beberapa peneliti Muslim dan pengamat Al
Qur’an setuju dengan pendapat kaum Kristen tentang Ephesus. Beberapa yang lainnya menerangkan
dengan terperinci bahwa tempat tersebut bukanlah Ephesus, dan kemudian berusaha untuk membuktikan bahwa kejadian tersebut terjadi di Tarsus. Dalam penelitian ini, kedua alternatif ini akan dibahas. Lagipula, semua peneliti dan pengamat – termasuk kalangan Kristen – mengatkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada masa Kekaisaan Romawi Decius ( yang juga disebut dengan Decianus) sekitar 250 M.

Decius bersama dengan Nero dikenal sebagai Kaisar Romawi yang sangatlah sering menyiksa
kaum Kristen. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, ia mengesahkan sebuah hukum yang
memaksa semua orang yang berada di bawah kekuasaannya untuk melakukan sebuah pengorbanan
terhadap dewa-dewa Roawi. Seiap orang diwajibkan untuk melakukan pengorbanan terhadap dewadewa ini dan mereka harus mampu menunjukkan surat sertifikat yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan pengorbanan tersebut yang harus mereka tunjukkan kepada petugas pemerintahan. Bagi mereka yang tidak mematuhinya akan dibunuh. Dalam sumber-sumber Kristen hal ini dikatakan bahwa sebagian besar dari kaum Kristen menolak perilaku musyrik ini dan melarikan diri dari “satu kota ke kota lain” atau bersembunyi di tempat rahasia. Para Penghuni gua kemungkinan besar adalah salah satu kelompok diantara para kaum Kristen awal ini. Namun demikian ada satu hal yang harus ditekankan disini; topik ini telah diceritakan dalam sebuah cerita (perilaku) oleh banyak ahli sejarah dan pengamat Islam dan Kristen, dan akhirnya berubah menjdi sebuah legenda sebagai hasil dari penambahan-penambahan yang penuh dengan kepalsuan dan cerita mulut ke mulut. Namun demikian, kejadian ini adalah benar-benar merupakan kenyataan sejarah yang tidak apat diingkari.

Adakah Para Penghuni Gua berada di Ephesus

Sebagaimana diketahui kota dimana orang-orang muda ini hidup dan gua dimana mereka
berlindung, beberapa tempat diindikasikan dalam berbagai sumber yang berbeda. Alasan utama untuk
alasan ini adalah : orang-orang ingin percaya bahwa sebuah keteguhan hati dan keberanian dari orangorag yang hidup dikotanya dan banyaknya kesamaan antara gua-gua yang ada di daerah tersebut. Sebagai contoh, hampir di semua tempat ini terdapat tempat untuk menyembah dikatakan dibangun diatas gua-gua.

Sebagaimana dikenal luas, Ephesus diterima sebagai sebuah tempat suci bagi orang Kristen,
karena dikota tersebut terdapat sebuah rumah yang dikatakan menjadi milik Perawan Maria dan yang
kemudian berubah menjadi sebuah gereja. Jadi sangatlah mungkin bahwa Para Penghuni Gua pernah
hidup disalah datu diantara tempat-tempat suci tersebut. Beberapa sumber Kristen bahkan menegaskan bahwa tempatnya adalah disini.

Sumber tertua yang berkaitan dengan hal ini adalah dari seorang pendeta Syria bernama James
dari Saruc ( lahir 452 M). Ahli sejarah terkemuka Gibbon telah banyak mengutip dari penelitian James dalam bukunya yang berjudul The Decline and Fall of the Roman Empire (Kemunduran dan runtuhnya Kekaisaan Romawi). Berdasarkan buku ini, Kaisar yang melakukan penyiksaan tujuh pemuda pemeluk agama Kristen dan memamksa mereka untuk bersembunyi di dalam gua adalah kaisar Decius. Decius berkuasa di Kekaisaan Romawi antara 249-251 M dan masa pemerinahannya dikenal luas terhadap penyiksaan yang dilakukan terhadap para pengikut Nabi Isa (Jesus). Menurut para pengamat Islam, daerah dimana kejadian tersebut terjadi adalah “Aphesus” atau juga “Aphesos”. Menurut Gibbon nama dari tempat ini adalah Ephesus. Terletak di pantai Barat Anatolia, kota ini adalah salah satu pelabuhan dan kota terbesar dari kekaisaran Romawi. Saat ini reruntuhan dari kota ini dikenal sebagai “Kota Antik Ephesus”.

Nama dari kaisar yang memerintah dalam masa ketika para Penghuni Gua dibangunkan dari tidur mereka yang panjang adalah Tezusius menurut para peneliti Muslim, dan menurut Gibon adalah
Theodosius II menurut Gibbons. Kekaisaran ini berkuasa antra 408-450 M, setelah kekaisaran Romawi berubah memeluk agama Kristen.

Menurut ayat dibawah ini, dalam beberapa komentarnya dikatakan bahwa pintu masuk dari gua
mengarah ke Utara sehingga sinar matahari tidak bisa menembus ke alam gua. Dengan demikian
seseorang yang melewati gua tersebut tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada didalamnya. Ayat
Al Qur’an yang berkaian dengan hal ini mengatakan :

Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan,
dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka dalam tempat
yang yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari anda-tanda (kebesaran) Allah.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.( QS Al Kahfi: 17).


Ahli Arkeologis Dr. Musa Baran menunjuk Ephesus sebagai tempat dimana sekelompok orang muda yang beriman ini hidup, dalam bukunya yang berjudul “Ephesus” dia menambahkan :
Di tahun 250 SM, tujuh orang pemuda yang idup di Ephesus memilih untuk memeluk agama Kristen dan menolak penyembahan terhadap berhala . Mencoba untuk mencari jalan keluar, sekelompok pemuda ini menemukan sebuah gua yang berada di sebelah Timur lereng gunung Pion. Tentara Romawi yang melihat ini dan merekapun membangun dinding di pintu gua tersebuti. Saat ini, telah diketahi bahwa diatas reruntuhan tua dan kuburan ini banyak didirikan bangunan religius. Penggalian yang dilakukan oleh Institut Arkrologi Austria di ahun 1926 mengungkapkan bahwa reruntuhan yang ditemukan di lereng Timur dari gunung Pion merupakan sebuah bangunan yang didirikan untuk kepentingan Para Penghuni Gua di pertengahan abad 7 (selama masa kepemimpinan Theodosius II).

Apakah Para Penghuni Gua ada di Tarsus ?

Tempat kedua yang diajukan sebagai tempat dinama Penghuni Gua pernah hidup adalah Tarsus.
Ternyata memang benar terdapat sebuah gua yang mirip dengan gua yang disebutkan dalam Al Qur’an yang terletak di sebuah gunung dikenal bail sebagai Encilus atau Bencilus yang terletak di Barat Laut Tarsus.

Pendapat yang menyatakan bahwa Tarsus adalah tempat yang tepat adalah pandangan dari banyak ilmuwan Islam. Satu dari salah seorang ahli tafsir terkemuka Al Qur’an, at-Tabari menetapkan bahwa nama gunung dimana gua tersebut berada adalah “Bencilus”dalam bukunya yang berjuful “Tarikh al-Umam, dan ditambahkan bahwa gunung ini terletak di Tarsus. Gua di Tarsus yang diduga merupakan gua yang dihuni para Penghuni Gua. Ahli Tafsir Al Qur’an lain bernama Muhammad Emin menyatakan bahwa nama dari gunung tersebut adalah “Pencilus” yang ada di Tarsus, yang kadang-kadang diucapkan sebagai “Encilus”. Menurutnya perbeaan huruf disebabkan perbedaan pengucapan huruf “B” atau oleh hilangnya huruf dari kata aslinya yang hal ini disebut dengan “historical word abrasion/ abrasi kata-kata sejarah)”. Fakhrudin ar-Razi seorang ulama al-Qur’an terkenal yang lain, menerangkan dalam penelitiannya bahwa : Meskipun tempat ini disebut dengan Ephesus, maksud dasarnya untuk mengatakan Tarsus disini, sebab Ephesus hanyalah nama lain dari Tarsus”.

Sebagai tambahan dalam tafsir Qadi al-Baidlawi dan an-Nasafi, dalam tafsir al-Jalalain dan
dalam at-Tibyan, dalam komentar-komentar dari Elmali dan O. Nasuhi Bilmen, dan banyak ilmuwan/
ulama lainnya, tempat ini ditunjuk sebagai “Tarsus”. Disamping itu kesemua ahli tafsir ini menerangkan bahwa kalimat dalam ayat 17, “ matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri” dengan mengatakan bahwa mulut gua di pegunungan terlihat ke arah Utara.

Penghuni Gua menjadi subjek perhatian dan juga pada masa kekaisran Turki Usmani dan banyak peneliti yang melakukan penelitian atas hal ini. Mereka mengadakan korespondensi dan pertukaran informasi tentang hal ini dalam arsip perdana Menteri Turki Usmani. Sebagai contoh dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Penguasa Perbendharaan Negeri Turki Usmani oleh pemerintah local Trasus, terdapat sebuah permintaan resmi dan lampiran yang menyebutkan permintaan mereka untuk memberikan upah kepada orang-orang yang berurusan dengan pembersihan dan pemeliharaan gua Ashab al-Kahfi (Para Penghuni Gua). Dalam jawaban terhadap surat ini menyatakan bahwa agar gaji itu bisa dibayarkan pada para pekerja dengan diambilkan dari perbendaharaan negara, perlu untuk mengatahui apakah tempat ini adalah benar-benar merupakan tempat dimana Para Penghuni Gua pernah berada. Penelitian yang dilakukan untuk tujuan ini sangatlah berguna dalam penentuan letak sebenarnya dari gua tersebut.

Dalam sebuah laporan yang dipersiapkan setelah melakukan penyelidikan yang dilakukan oleh
Dewan Nasional, dikatakan bahwa : “ Disebelah Utara Tarsus, yaitu propinsi Adana terdapat sebuah gua di gunung, dua jam dari Tarsus dan mulut gua tersebut nampak mengarah ke Utara sebagaimana
dinyatakan dalam Al Qur’an”.

Perdebatan yang berkembang atas siapa para Penghuni Gua, dimana dan kapan mereka hidup,
selalu mengarahkan pihak berwenang untuk mengadakan penelitian terhaap hal ini dan banyak komentar dibuat atas hal ini. Namun belum satupun komentar-komentar ini yang dapat dipertimbangkan kebenarannya, sehingga pertanyataan seperti ; pada masa yang manakah pemuda yang beriman ini hidup dan dimanakah gua yang disebutkan dalam ayat Al Qur’an, sampai sat ini tetaplah tanpa jawaban yang mendasar.

Kesimpulan

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita )oleh orang-orang yang sebelum mereka?. Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah tidak sekali-kali berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. (QS ar Rum 9).
Semua kaum yang telah kita pelajari sampai dengan sekarang, mempunyai beberapa sifat-sifat
yang umum seperti : melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah, menyekutukan Allah dengan
yang lain, berlaku sombong di muka bumi, dengan sewenang-wenang menguasai tanah milik orang lain, cenderung terhadap perilaku seksual yang menyimpang dan angkara murka. Kesamaan umum ciri-ciri yang mereka miliki adalah penindasan dan ketidakadilan mereka terhadap kaum Muslim. Mereka mencoba dengan setiap cara untuk menakut-nakuti kaum Muslim.

Tujuan dari peringatan-peringatan yang terdapat dalam Al Qur’an tentu saja tidaklah hanya untuk memberikan berbagai pelajaran sejarah. Al Qur’an menyatakan bahwa cerita-cerita tentang para nabi diceritakan hanya untuk memberikan sebuah “permisalan”. Para Nabi yang telah terlebih dahulu meninggal haruslah membawa mereka yang datang setelah mereka ke jalan yang benar :

Maka tidaklah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu?. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (QS Thaha 128).
Jika kita menyadari semua ini merupakan “contoh-contoh/petunjuk” maka kita dapat melihat
bahwa sebagain dari masyarakat kita tidak lebih baik, dalam hal kemerosotan moral dan pelanggaran
dibandingkan dengan kaum-kaum yang dibinasakan dan yang disebutkan dalam kisah-kisah ini.

Sebagai contoh, sebagian besar masyarakat saat ini mempunyai jumlah pelaku sodomi dan
homoseksual yang sangat banyak yang mengingatkan kita kepada “kaum Lut”. Homoseksual,
melakukan pesta seks dengan “para pemuka dari suatu masyarakat”,mempertontonkan segala macam
penyimpangan seksual mengalahkan rekan-rekan mereka di Sodom dan Gomorrah. Khususnya
sekelompok orang dari mereka yang hidup dikota-kota besar di dunia yang telah “berkembang lebih
lanjut” dari pada mereka yang ada di Pompeii.

Semua kaum yang telah kita pelajari diatas, mereka telah dibinasakan melalui berbagai macam
bencana alam seperti gempa bumi, badai, banjir dan sebagainya. Sama halnya, kaum-kaum yang tersesat dan berani melakukan tindakan pelanggaran seperti halnya orang-orang di masa lalu, juga akan dihukum dengan cara yang sama.

Seharusnya tidak kita lupakan bahwa Allah akan menghukum siapapun orang ataupun bangsa bila Ia berkehendak. Atau Ia akan membiarkan brangsiapa yang Ia ingini untuk tetap hidup biasa di dunia ini (meskipun mereka mengingkari ajaranNya- pen) namun menghukumnya di alam (akhirat) nanti. Al Qur’an menyatakan :

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka
ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada ditimpa dengan suara yang keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS Al Ankabut 40).


Al Qur’an juga menceritakan tentang seorang penganut yang berasal dari keluarga Fir’aun dan hidup dalam masa nabi Musa, namun yang menyembunyikan keimanannya. Ia berkata kepada kaumnya

“Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa
kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) Seperti keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan
orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman
terhadap hamba-hambaNya.


Hai kaumku , sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggilmemanggil.
(yaitu) Hari ketika kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah , dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk. QS . Al-Mukmin: 30-33).


Semua Nabi dan Rasul memperingatkan kaumnya, menunjukan kepada mereka tentang Hari
Pembalasan/Kiamat dan mencoba membuat mereka takut akan azab dari Allah, sebagaimana yang
dilakukan pengikut yang menyembunyikan kepercayaannya ini. Kehidupan dari semua Nabi dan
pembawa risalah dikirimkan untuk menerangkan hal-hal ini kepada kaum mereka berulang-ulang kali.

Namun demikian, kebanyakan dari kaum dimana mereka diutus menuduh mereka sebagai penuh dengan kebohongan, memperoleh keuntungan materi atau mencoba untuk memaksakan keunggulannya atas mereka dan merekapun melanjutkan melakukan system mereka sendiri tanpa memikirkan apa yang tekah dikatakan para nabi kepada mereka atau tanpa mempertanyakan perbuatan mereka. Banyak diantara mereka yang telah bertindak terlalu jauh dan mencoba untuk membunuh atau mengusir para pengikut nabi. Jumlah orang-orang yang percaya dan patuh, seringkali sangat sedikit. Namun bagaimanapun juga dalam kasus masyarakat-masyarakat yang pengingkaran, Allah senantiasa hanya menyelamatkan para Nabi dan pengikut-pengikutnya.

Meskipun ribuan tahun telah berlalu, dan terjadi berbagai perubahan dalam tempat, perilaku, teknologi dan peradaban, namun belum banyak yang telah berubah dalam struktur sosial dan system dari mereka yang tidak percaya yang telah disebutkan di atas. Sebagaimana telah ditekankan diatas, sejumlah tertentu dari suatu masyarakat dimana kita hidup memiliki semua sifat-sifat corrupt dari kaum-kaum yang disebutkan dalam Al Qur’an. Seperti halnya KaumThamud sebagai tolok ukurnya, saat ini juga terdapat sejumlah besar pemalsu dan penipu. Keberadaan “komunitas homoseksual” yang dipertahankan kapan saja bila perbuatan itu muncul, dan para anggotanya yang tidak berkurang sebagaimana kaum Lut dalam perilaku penyimpangan seksual yang telah mencapai puncaknya. Sejumlah besar dari masyarakat berlaku sebagaimana kaum Saba yang tidak bersyukur dan dan ingkar, tidak bersyukur atas kekayan yang dianugerahkan kepada mereka sebagimana halnya kaum Iram, ketidakpatuhan dan penghinaan terhadap para penganut sebagaimana kaum Nuh dan ketidakacuhan terhadap keadilan social sebagaimana halnya kaum ‘Ad.

Dari sini terdapat tanda-tanda yang sangat jelas ….

Kita harus selalu mencamkan dalam pikian kira bahwa bagaimanapun perbedaan yang datang dari berbagai masyarakat atau bagaimanapun tinggi tingkat teknologi,hal ini tidak ada artinya sama sekali. Tidak ada satupun dari hal ini yang mampu menyelamatkan seseorang dari hukuman dan azab
Allah. Al Qur’an mengingatkan kita atas semua kenyataan ini :

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan
bagaimana akibat (yang diderita )oleh orang-orang yang sebelum mereka?. Orang-orang itu
adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah tidak sekali-kali berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.(QS ar Rum 9).
 

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS Al Baqoroh 32 ).

0 komentar:

cari artikel lain ?

Arsip Blog

"Semoga betah berada di blog yang sangat tidak sempurna ini ya teman .. dan terima kasih karena telah menyempatkan waktunya untuk berkunjung di blog ini .. "